Kampung Bentung, yang terletak di salah satu pulau terluar di ujung utara Indonesia menyuguhkan keindahan alam, kehangatan warga, keragaman budaya, dan kearifan lokal. Keindahan alam Bentung dapat dijumpai melalui pesisir pantai terbentang permai yang menyajikan debur ombak yang tenang, hamparan pasir putih, keindahan terumbu karang, dan pelayaran nelayan yang mencari ikan saat menginjakkan kaki di Pantai Nagha dan Pantai Bulo. Adapun, Air Terjun Kanikang yang menyejukkan dengan jernihnya aliran sungai dan keindahan alam berupa pemandangan hijau pegunungan.

Warga kampung Bentung menyajikan suasana hangat melalui keramahan warga, solidaritas yang kuat, dan toleransi beragama yang terjaga. Umat kristiani dan umat muslim hidup berdampingan secara guyub dan rukun menjadi keindahan tak ternilai. Jangan sungkan menyapa warga Bentung. Ia akan memberikan senyum manis nan ramah kepada anda.

Bentung adalah kampung tertua dari empat belas kampung yang ada di kecamatan Tabukan Selatan. Didirikan pada Tahun 1790 dengan nama desa Mairokang yang wilayanyah mulai dari kampung Simueng sampai kampung Binebas. Mairokang sendiri diambil dari bahasa sastra sangihe yang dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan yang artinya mengenang, merindukan, menghendaki, mengginginkan, dan juga mendambakan sesuatu yang pernah ada sebelumnya untuk kembali. Pada Tahun 1856 hingga 1892 dimasa pemerintahan Kabuhung Karlos, Desa Mairokang menjadi pusat ibu kota kejogugun distrik Tabukan Selatan yang wilayahnya tersebar dari Kampung Bira sampai Kamung Ngalipaing. Kemudian peristiwa perubahan nama dari Mairokang menjadi Bentung terjadi pada tahun 1911 dimana wilayah Simueng menjadi sebuah desa yang berdiri sendiri. Bentung sendiri merupakan nama dari alat pasung, pemberian nama Bentung dikarenakan Dalam wawancara dengan beberapa orangtua bahwa di kampung Bentung ada sebuah areal kecil dan areal itu disebut ”Tampau pemamentungang” yang artinya areal atau tempat pemasungan.